Banjir Jakarta, Salah Siapa? (Bagian I)
时间:2025-06-17 06:41:43 出处:百科阅读(143)
Hampir di setiap awal tahun, Jakarta dilanda banjir akibat curah hujan yang cukup tinggi di musim penghujan. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan hampir setiap tahun memang memperkirakan puncak musim hujan di Jakarta dan sekitarnya, dan Pulau Jawa umumnya, adalah antara Desember hingga Februari.
Letak Indonesia yang berada di wilayah tropis dengan geografis berupa kepulauan mengakibatkan curah hujan yang cukup tinggi, selain karena faktor dampak dari perubahan iklim global. Pun pada 2018, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga memperkirakan bahwa bencana yang akan paling banyak terjadi adalah bencana hidrometeorologi.
Diperkirakan banjir, longsor dan puting beliung masih akan mendominasi bencana selama 2018. Diperkirakan lebih dari 90 persen adalah bencana hidrometeorologi. Selain faktor letak dan geografis, faktor perubahan iklim global juga semakin meningkatkan kejadian hujan ekstrem sehingga mengakibatkan sering terjadi hujan yang deras sekali.
Meskipun ada faktor alam, tetapi banjir, longsor dan puting beliung semakin meningkat dan meluas lebih banyak disebabkan oleh faktor antropogenik atau ulah manusia. Eksploitasi lingkungan dan sumber daya alam dan meluasnya perubahan penggunaan lahan selama puluhan tahun berdampak pada peningkatan dan perluasan kejadian bencana hidrometeorologi.
Banyak perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi perkebunan, dari sawah pertanian menjadi permukiman, yang tanpa diikuti kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Kalaupun ada rencana tata ruang yang betul-betul mengatur ekosistem, dalam praktiknya masih sangat rendah memperhatikan konservasi tanah dan air.
Karena faktor manusia, di banyak tempat, termasuk Jakarta, ketika terjadi hujan lebat sedikit saja sudah terjadi banjir karena kondisi lingkungan dan daya tampung yang sudah terlampaui. Tidak hanya banjir dan longsor, kepadatan penduduk juga mengakibatkan perubahan tekanan udara sehingga berpeluang terjadi angin puting beliung karena udara bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.
Masyarakat banyak yang menempati daerah-daerah yang secara alamiah rawan bencana. Di bantaran sungai, di tebung-tebing, di lereng-lereng, dengan mitigasi bencana yang melindungi mereka masih sangat minim.
上一篇: Telkomsel Perluas Jaringan Hyper 5G di Batam, Kini Ada 112 BTS 5G
下一篇: PPRO Luncurkan Shuttle Gratis di Evenciio, Dukung SDGs Lewat Mobilitas Mahasiswa
猜你喜欢
- Kasad Lepas Ribuan Peserta Mudik Bersama Keluarga Mabesad 2024
- Kenalan di Sosmed, Ngajak Ketemuan Wanita, Pria di Tangerang Gasak HP Korban
- Saldo DANA Kaget Jadi Gaya Hidup Digital Baru, Segera Klaim di Sini!
- Buka Musrenbang RPJMD 2025
- Ini Bukti Kalau KPK Tebang Pilih...
- Serius Akan Basmi Premanisme Berkedok Ormas, Terminal Sampai Parkir Liar Akan Diawasi
- Bandara Changi Singapura Mulai Bangun Terminal ke
- Investasi Sentuh Rp9,8 Triliun, Produksi Migas Forel dan Terubuk Medco Bisa Sumbang 30 Ribu BOEPD
- Status Gunung Ruang Turun ke Level III, Bandara Sam Ratulangi Kembali Dibuka